Wednesday, December 23, 2009

Mengoptimalkan Kinerja ETABS

ETABS adalah salah satu applikasi yang sangat populer di dunia teknik sipil. Software buatan CSI Berkeley ini memang sangat powerful dalam melakukan pemodelan struktur, analisis, dan desain. Kebanyakan para perencana high rise buildingmenjadikan ETABS sebagai pilihan pertama dan utama dalam melakukan analisis dinamik, karena memang analisis dinamik ini agak-agak butuh waktu dan keringat yang berlebihan jika dicoba dihitung secara manual. Analisis dinamik nggak sesederhana analisis statik yang cukup mengandalkan konsep kesetimbangan gaya saja.

Hmm… sebagai software yang tangguh, ETABS tentunya butuh resource yang mendukung. Paling tidak ada tiga komponen perangkat komputer yangngaruh terhadap performa ETABS, yaitu : kecepatan processor, kapasitas memori (RAM), dan besarnya memori kartu grafis (VGA card). Dua yang pertama berguna untuk memaksimalkan kinerja pada saat proses analisis (run) berlangsung, dan juga ketika memuat (loading) data baik itu ketika loading database maupun loading hasil analisis (output). Sementara VGA card sendiri yaa tentu saja buat memaksimalkan tampilan grafis yang muncul.

Kalau kita sedang menggunakan ETABS, tentu hal yang paling sering dilakukan oleh ETABS adalah refresh drawing atau redraw. Sejak memulai menjalankan program ETABS sampai aplikasi tersebut ditutup, ETABS harus melakukan redraw secara otomatis setiap kali user selesai melakukan perintah-perintah tertentu, misalnya, setelah membuat elemen (kolom, balok, pelat), setelah assigning apa saja (section, load, dll), mengubah tampilan (plan, elevation, 3D), menampilkan informasi seperti label, section, end-releases, dsb.

Intinya, VGA card-lah yang paling banyak (baca: paling sering) bekerja sewaktu ETABS dijalankan. Memang sih, dalam kenyataannya di antara pengguna ETABS, yang selalu diperhatikan adalah kecepatan prosessor dan besarnya memori (RAM), soalnya mereka berorientasi pada hasil (output). Kecepatan running (calculating) adalah satu-satunya indikator cepat-tidaknya ETABS dalam beroperasi. Dan memang pada saat nge-runETABS, seluruh dunia seakan berhenti berputar, biarkan ETABS selesai dulu :D. Padahal, tugas ETABS bukan hanya running, tapi juga menampilkan output. Kami sendiri sering mengalami proses running yang nggak lama-lama amat, tapi waktu mau menampilkan outpunya, ETABS harus bekerja keras untuk redraw setiap kali dibutuhkan.

Nah, berbekal pengalaman tersebut, kami mau berbagi tips untuk memaksimalkan kinerja ETABS dalam hal melakukan redraw. Bagi yang sudah sering mengutak-atik ETABS, tentu sudah tahu fitur dan fasilitas ini.

  1. Untuk model yang sederhana, misalnya bentuk persegi, layout kolom yang teratur dan jumlah lantai yang tidak terlalu banyak, lebih baik gunakan satu window aktif saja daripada dua window seperti default.
    Penggunaan satu jendela pada ETABS

    Penggunaan satu jendela pada ETABS

  2. Non aktifkan Enhanced Graphics dengan cara klik menu Option -> Enhanced Graphics… dan hilangkan tanda centang pada “Use Enhanced Graphics”. Memang tampilannya akan terkesan “kolot”, tapi sebagai engineer yang tokcer, harusnya kita bisa memperoleh info yang sebanyak-banyaknya dari sebuah tampilan seadanya.

    Enhanced Graphics" width="297" height="335" style="padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; border-top-color: rgb(56, 56, 56); border-right-color: rgb(56, 56, 56); border-bottom-color: rgb(56, 56, 56); border-left-color: rgb(56, 56, 56); margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-color: initial; ">

    Menu Option -> Enhanced Graphics

    Non-aktifkan pilihan Enhanced Graphics

    Non-aktifkan pilihan Enhanced Graphics

  3. Klik menu View -> Set Building View Options… Pada kolom Object Present in View, non aktifkan beberapa item yang tidak diperlukan, meskipun obyek tersebut tidak ada di dalam model. Misalnya walaupun model struktur kita tidak mempunyai obyek wall, sebaiknya bagian Wall (Area) tidak perlu dicentang. Ini akan mempermudah ETABS dalam menampilkan model struktur.

    Set Building View Options" width="314" height="457" style="padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; border-top-color: rgb(56, 56, 56); border-right-color: rgb(56, 56, 56); border-bottom-color: rgb(56, 56, 56); border-left-color: rgb(56, 56, 56); margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-color: initial; ">

    Menu View->Set Building View Options

    Centang seperlunya

    Centang seperlunya

  4. Kadang ketika ingin melihat hasil berupa diagram gaya dalam, diagram gaya dalam tersebut biasanya ditampilkan pada seluruh komponen struktur, padahal mungkin kita hanya ingin melihat gaya dalam pada elemen tertentu saja. Untuk mengatasi ini, kita dapat membatasi elemen yang akan ditampilkan, bisa melalui Set Building View Element, atau Set View Limit, atau dengan View Selection Only. Semuanya ada pada menu View.

    Kolom yang di-highlight agak susah untuk ditinjau.

    Kolom yang di-highlight agak susah untuk ditinjau.

    Dengan View Selected Items, informasi jadi lebih jelas

    Dengan View Selected Items, informasi jadi lebih jelas

  5. Sebaiknya non-aktifkan dulu untuk sementara program-program lain yang membutuhkan resource yang tinggi, khususnya resource dari VGA card seperti misalnya program pengolah gambar grafis (CAD), software multimedia khususnya video, animasi, atau yang butuh proses render, dll.

Sementara untuk mempercepat proses running, kita bisa menonaktifkan pilihan-pilihan yang tidak perlu dilakukan pada saat running. Misalnya, jika model struktur kita cukup sederhana dan tidak membutuhkan analisis dinamik, matikan saja pilihan-pilihan yang berhubungan dengan analisis dinamik misalnya:

  1. Pilihan untuk menghitung titik pusat kekakuan.

    Menu untuk menonaktifkan perhitungan pusat kekakuan

    Menu untuk menonaktifkan perhitungan pusat kekakuan

  2. Pilihan pada menu Analyze -> Set Analysis Options…

    Jika tidak diperlukan, tidak usah dicentang

    Jika tidak diperlukan, tidak usah dicentang

Catatan tambahan : Tips ini bisa juga dicoba di software analisis struktur yang lain seperti SAP2000, SAFE, dkk. Silahkan diutak-atik tools atau options dan cari bagian khusus mengatur tentang tampilan grafis. Ada juga beberapa software yang tidak melakukan redraw secara otomatis. Setiap kali melakukan suatu perintah misalnya menghapus sebuah member, member tersebut bisa tidak langsung hilang dari display sebelum user melakukan redraw secara manual.

Oo..iya. Tips di atas baru akan terasa jika komputer yang digunakan mempunyai spesifikasi pas-pasan. :) Tapi kalo pake komputer yang sering digunakan untuk main game kelas grafis tinggi, lebih baik maksimalkan juga fitur-fitur yang disediakan oleh ETABS. :)

Akhir kata, selamat mencoba dan…

Semoga bermanfaat.[]

Masih ada hubungan dengan


2 Comments »

  1. Comment by catur — December 11, 2009 @ 03:26

    Salam kenal Juragan..
    salut buat semua artikel n diskusinya…sangat berguna bgi sya yg masih awam..
    o ya,mau nanya nih gan..
    untuk desain bgunan dengan Etabs yg menyertakan beban gempa, bisakah gaya gempa diasumsikan dr satu arah saja (x or y)?
    trus klo asumsi dibuat kombinasi dari arah x dan y, biasay dibuat proporsi brapa % untuk tiap arah ya?
    trims..

  2. Comment by admin — December 13, 2009 @ 19:25

    trima kasih, mas/pak catur..

    Untuk beban gempa pada ETABS, sebaiknya untuk arah X dan Y masing-masing dibuatkan load case yang berbeda. Misalnya Case EQX untuk gempa (statis) arah X dan EQY untuk arah Y.
    Sementara untuk kombinasi, bisa dilihat pada SNI-Gempa-2002, sbb:


    5.8 Arah Pembebanan Gempa

    5.8.1 Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh Gempa Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.
    5.8.2 Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh beban gempa dalam arah tegak lurus arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%

    Jadi, untuk kombinasi beban gempa setidaknya ada 8 kombinasi beban berdasarkan arah gempa yaitu:
    E(1) = EQX + 0.3EQY
    E(2) = EQX - 0.3EQY
    E(3) = -EQX + 0.3EQY
    E(4) = -EQX - 0.3EQY
    E(5) = 0.3EQX + EQY
    E(6) = 0.3EQX - EQY
    E(7) = -0.3EQX + EQY
    E(8) = -0.3EQX - EQY

    Itu baru kombinasi arah beban gempa. Sementara untuk kombinasi dengan Beban Hidup dan Beban Mati tetap harus mengacu kepada SNI Beton, SNI Baja, atau SNI Kayu.
    COMB1 = 1.2DL + 1.0LL + 1.0E
    COMB2 = 0.9DL + 1.0E

    Jika tiap E mempunyai 8 kombinasi, maka akan ada total 16 kombinasi pembebanan khusus untuk beban gempa.



Operasi Matriks di MS Excel


MS Excel tidak banyak menyediakan fungsi khusus untuk operasi matriks. Untuk operasi aritmetika biasa seperti penjumlahan dan pengurangan, kita bisa lakukan operasi penjumlahan dan pengurangan seperti biasa sesuai dengan elemen-elemen matriks yang dijumlahkan.

\mathbf{A} = \left( \begin{array}{cccc} a_{11} & a_{12} & \cdots & a_{1n} \\ a_{21} & a_{22} & \cdots & a_{2n} \\ \vdots & \vdots & \ddots & \vdots \\ a_{m1} & a_{m2} & \cdots & a_{mn} \end{array} \right)

\mathbf{B} = \left( \begin{array}{cccc} b_{11} & b_{12} & \cdots & b_{1n} \\ b_{21} & b_{22} & \cdots & b_{2n} \\ \vdots & \vdots & \ddots & \vdots \\ b_{m1} & b_{m2} & \cdots & b_{mn} \end{array} \right)

\mathbf{C = A + B} \\ \\ \mathbf{C} = \left( \begin{array}{cccc} a_{11}+b_{11} & a_{12}+b_{12} & \cdots & a_{1n}+b_{1n} \\ a_{21}+b_{21} & a_{22}+b_{22} & \cdots & a_{2n}+b_{2n} \\ \vdots & \vdots & \ddots & \vdots \\ a_{m1}+b_{m1} & a_{m2}+b_{m2} & \cdots & a_{mn}+b_{mn} \end{array} \right)

Yang agak sulit dilakukan secara manual adalah perkalian dua matriks. Untungnya MS Excel menyediakan fungsinya, yaitu MMULT(array1,array2). Selain itu ada juga fungsi untuk mencari determinan matriks, MDETERM(array). Dan terakhir, fungsi untuk membuat matriks invers, MINVERSE(array). Berikut ini penjelasan dan cara pakai masing-masing fungsi.

A. Perkalian Dua Matriks

Fungsi : MMULT(array1, array2)

array1 adalah blok matriks pertama yang berukuran (m x n), dan array 2 adalah blok matriks kedua yang berukuran (n x k).

Hasilnya adalah sebuah matriks yang berukuran (m x k)

Contoh :

\mathbf{A} = \begin{bmatrix} 15 & -10 & 8 \\ -8 & 15 & 10 \\ 0 & 0 & -10 \\ 10 & 9 & -12 \end{bmatrix}

\mathbf{B} = \begin{bmatrix} 1 & -1 \\ -2 & 2 \\ 3 & -3 \end{bmatrix}

Kita akan menghitung \mathbf{C = A } \times \mathbf{ B}  Ukuran matriks A adalah 4×3, matriks B adalah 3×2, sehingga matriks C nanti harus berukuran 4×2.

  1. Buat matriks A dan B di MS Excel seperti gambar berikut
    20-matriks-01
  2. Ketik fungsi =MMULT(B1:E4,H1:H4). Tekan ENTER. B1:E4 adalah blok untuk matriks A, dan H1:H4 adalah blok untuk matriks B 20-matriks-02
  3. Hasilnya adalah 59 yang merupakan komponen baris pertama kolom pertama dari hasil perkalian AxB, diperoleh dari(15 \times 1) + (-10 \times -2) + (8 \times 3) = 59
  4. Pilih sel (blok) dengan ukuran 4 baris 2 kolom, sesuai dengan ukuran matriks C yaitu hasil perkalian matriks A dan B. Pastikan sel kiri atas dari blok tersebut dalam keadaan aktif.
    20-matriks-03
  5. Tekan tombol F2.
    20-matriks-04
  6. Kemudian tekan kombinasi tombol Ctrl + Shift + Enter.
    20-matriks-05
    Dalam sekejap seluruh sel yang ada di dalam blok langsung terisi sesuai dengan nilai yang sesuai.
  7. Coba kita cek, baris ketiga kolom kedua adalah perkalian dari baris ketiga matriks A dengan kolom kedua matriks B(0 \times -1) + (0 \times 2) + (-10 \times -3) = 30

B. Menentukan Determinan Matriks

Fungsi : MDETERM(array)

Syarat: jumlah baris dan kolom matriks harus sama (m x m)

Contoh:

\mathbf{M} = \begin{bmatrix} -2 & 3 & 4 & -5 \\ 3 & 2 & 1 & 0 \\ 4 & -2 & 0 & 2 \\ 0 & 2 & 3 & 1 \end{bmatrix}

  1. Buat matriks M
    20-matriks-06
  2. Ketik fungsi =MDETERM(B12:E15)
    20-matriks-07
  3. Tekan ENTER
    20-matriks-08
  4. Determinannya adalah -196

C. Membuat Matriks Invers

Fungsi : MINVERSE(array)

Syarat: jumlah baris dan kolom harus sama (m x m)

Contoh, kita akan membuat invers matriks M di atas.

  1. Ketik fungsi =MINVERSE(B12:E15) 20-matriks-09
  2. Pilih sel (blok) sesuai dengan ukuran matriks (4×4)
    20-matriks-10
  3. Pastikan sel kiri atas aktif. Tekan F2. Kemudian tekan Ctrl + Shift + Enter.
    20-matriks-11
  4. Itulah matriks invers dari M

Untuk mengujinya, pekalian sebuah matriks dengan invers-nya akan menghasilkan matriks identitas I

  1. Ketik fungsi =MMULT(B12:E15,B21:E24). Tekan ENTER.
    20-matriks-12
  2. Pilih sel (blok) sesuai ukuran matriks (4×4). Pastikan sel kiri atas yang aktif.
    20-matriks-13
  3. Tekan F2
    20-matriks-14
  4. Tekan Ctrl + Shift + ENTER
    20-matriks-15
  5. Atur formatnya. Kekacauan format disebabkan oleh tingkat keterbatasan ketelitian (presisi) bilangan desimal. 20-matriks-16

D. Membuat Matriks Transpose Matriks transpose adalah matriks yang kolomnya berubah menjadi baris, dan barisnya menjadi kolom. Tidak ada fungsi khusus di MS Excel untuk membuat matriks transpose. Akan tetapi, dengan fasilitas Edit -> Paste Special, kita bisa membuat matriks transpose.

  1. Pilih matriks yang akan ditranspose
  2. Klik toolbar Copy, atau menu Edit -> Copy, atau Ctrl + C
  3. Pilih sel tujuan.
  4. Klik kanan -> Paste Special, atau klik menu Edit -> Paste Special
  5. beri tanda centang pada option Transpose. Klik OK

Penutup Fungsi-fungsi operasi matriks dan fasilitas traspose matriks yang ada pada MS Excel ini sangat dapat diandalkan dalam menyelesaikan analisis struktur metoda matriks kekakuan. Matriks kekakuan dengan ukuran puluhan baris dan kolom pun dapat diselesaikan dalam hitungan sepersekian detik. Kami sendiri pernah melakukan operasi perkalian matriks (matriks kekakuan struktur) dengan ukuran mencapai 80 baris dan kolom menggunakan MS Excel… hasilnya adalah.. pegeelll :D Semoga bermanfaat.


Membuat Fungsi Di MS Excel

Kita tentu sudah mengenal fungsi-fungsi yang umum digunakan di Excel, misalnya fungsi MAX, MIN, LOOKUP, AVERAGE, SQRT, dll. Tiap-tiap fungsi mempunyai tugas yang berbeda-beda. Kita dapat melihat semua fungsi yang ada di MS Excel melalui menu Insert->Function.

Tidak jarang pula kita mengalami kesulitan sehingga harus menggunakan dua atau lebih fungsi Excel. Misalnya ketika ingin mencari nilai maksimum absolut dari suatu range. Maksimum absolut maksud saya di sini adalah nilai maksimum tanpa mempedulikan tanda positif atau negatif. Yang sering melakukan analisis struktur khususnya ETABS, SAPatau sejenisnya, sering menjumpai kondisi di mana kita akan mengambil nilai momen lentur maksimum (tanpa melihat tanda positif atau negatif).

Misalnya saja, ada data-data sbb:
250, 300, -325, -258, 278

  • Kalau kita gunakan fungsi MAX() maka hasilnya adalah 300.
  • Kalau kita gunakan fungsi MIN() hasilnya -325, yang nilai absolutnya lebih besar daripada 300.
  • Solusinya, kadang kita membuat fungsi kompleks
    =IF(MAX(range)>ABS(MIN(range)),MAX(range),MIN(range))
    Yang artinya: jika nilai maksimum range lebih besar daripada absolut minimum range, maka ambil nilai maksimum, jika tidak, ambil minimum.

Bagaimana kalo kita bikin fungsi sendiri saja? Biar lebih gampang. Apalagi kalo fungsi itu sering digunakan. Kita tidak perlu lagi mengetik fungsi di dalam fungsi. Apalagi kalau terlalu banyak menggunakan buka-tutup kurung, jangankan si pengguna, MS Excel-nya saja kadang suka “mumet” kalau terlalu banyak buka-tutup kurungnya :) Kadang-kadang begitu selesai mengetikkan fungsi, ternyata ada kesalahan, misalnya kurang tanda tutup kurung, penempatan koma atau titik koma yang salah, dll.

A. Membuat Fungsi ABSMAX
Fungsi ini kita namakan ABSMAX sajalah, yang artinya Absolute Maximum. Fungsi ini nggak ada di default Excel lho. Coba saja ketik ‘=ABSMAX(A1)’, niscaya Excel akan menampilkan pesan kebingungan. :D

Perlu diingat, penamaan fungsi sifatnya bebas yang penting belum ada di dalam fungsi standar MS Excel. Mau pake nama fungsi FUNGSIJURAGAN juga bisa. Tapi kan sebaiknya nama fungsi merepresentatifkan maksud dan tujuan fungsi tersebutTapi, ada beberapa aturan penamaan, misalnya:

  • tidak boleh pake spasi
  • harus diawali oleh huruf
  • boleh pake angka
  • tidak boleh karakter lain, kecuali underscore (_)
  • hurup besar (kapital) hurup kecil sama saja
  • tidak boleh pake kata kunci VB, misalnya dim, single, then, dll
  • dll..

Itu aja sih.. :)

Next, ikuti saja step-step berikut:

  1. Buka MS Excel. Buka VB Editor, dengan cara :
    • Tombol Alt + F11, atau
    • Menu Tools -> Macro -> Visual Basic Editor
  2. Di sebelah kiri harusnya ada jendela Project Explorer. Kalau tidak ada coba tekanCtrl+R atau klik menu View -> Project Explorer
  3. Highlight (sorot) VBAProject (namafile.xls). Di tutorial ini saya pakai namafileFungsi Khusus.xls. Klik kanan -> Insert -> Module
    fungsi-khusus_6808_image003fungsi-khusus_6808_image004
  4. Module adalah tempat dimana kita menuliskan fungsi. Harus di module? Ya! Tidak ada tawar menawar. Klik ganda Module1 yang baru saja muncul di Project Explorer. Anda akan dibawa ke sebuah layar utama yang masih kosong. Untuk memastikan anda sedang aktif di Module1, perhatikan salah satu dari 4 gejala berikut ini.
    fungsi-khusus_6808_image006
  5. Mari kita isi layar putih tersebut dengan kode berikut:fungsi-khusus_6808_image009
  6. Berikut penjelasannya:
    • Function ABSMAX (R as range, param as Integer)
      ABSMAX adalah nama fungsi,
      R adalah nama variabel yang tipenya Range. Range adalah obyek pada MS Excel yang berisi satu atau lebih sel.
      Variabel R boleh diganti dengan yang lain misalnya Jengkol as Range.
      param adalah variabel integer. Ini untuk mengatur seandainya nilai yang terpilih adalah nilai negatif, maka apakah negatifnya yang diambil atau nilai absolutnya (positif). Jika 0, ambil nilai aslinya (negatif), jika 1 ambil nilai absolut (positif).
    • Deklarasi variabel. Beberapa programmer kadang mengabaikan bagian ini. Untuk aplikasi atau fungsi yang ringan, deklarasi variabel kadang tidak dilakukan. Penentuan tipe variabel ini berkaitan dengan alokasi memori yang akan digunakan pada saat eksekusi.
    • Vmaks untuk menyimpan nilai maksimum,
      Vmin untuk menyimpan nilai minimum.
      i adalah indeks untuk looping.
      N adalah jumlah sel yang ada pada range R
    • Looping untuk mencari nilai maksimum dan minimum. Cara kerjanya sepertinya tidak usah dibahas
    • Kemudian kita bandingkan Vmaks dengan Vmin, mana yang nilai absolutnya lebih besar, itulah yang diambil.
      Seandainya ternyata absolut Vmin lebih besar, cek lagi variabel param, apakah tanda minusnya mau dipake atau nggak?
    • Catatan, nama fungsi harus segera dikembalikan. Artinya ketika kita mendefinisikan suatu fungsi, pada saat itu juga terbentuk sebuah variabel yang namanya sama dengan nama fungsi, dan variabel ini harus diisi sesuai dengan tujuannya. Fungsi ABSMAX di atas secara otomatis membentuk sebuah variabel ABSMAX. Nilai ABSMAX inilah yang akan ditampilkan sebagai outputnya.
  7. Cara penggunaannya bisa dilihat pada ilustrasi di bawah ini. Jangan lupa simpan pekerjaan anda. :)
    fungsi-khusus_6808_image010
  8. Oke?

B. Membuat Fungsi LUAS_WF()

Nah, fungsi yang satu ini sangat bermanfaat bagi kita yang sering bergelut dengan penampang-penampang baja khususnya profil WF.

Langsung saja, secara kasar, luas penampang profil WF bisa dihitung sbb:

A_{wf} = 2(B \times t_f) + (H - 2t_f)t_w

Selanjutnya kita buka kembali VisualBasic Editor, dan masuk ke Module1. Mau bikin Module baru juga nggak dilarang kok. Satu Module boleh ditulisi fungsi sebanyak-banyaknya. Cuman, kadang kalau terlalu banyak, kita jadi susah mengaturnya.

fungsi-khusus_6808_image012

ralat : harusnya pada gambar di atas, tw diganti tf, dan sebaliknya tf diganti tw. (mohon maaf)

Tulis fungsi seperti ilustrasi di bawah. Fungsi LUAS_WF() ini kita letakkan di bawah Fungsi ABSMAX(). Tenang saja, nggak akan mengganggu fungsi yang lain kok.

Saya rasa kita tidak butuh penjelasan lebih jauh tentang fungsi di atas. Cuma satu baris.. :D

Contoh penggunaannya :

fungsi-khusus_6808_image016

Kok beda ama tabel ya. Di tabel hasilnya 2716 mm^2. Itu karena ada lengkungan “ketiak” yang ikut diperhitungkan.

C. Menyimpan Module

Fungsi-fungsi yang sudah kita buat sayangnya hanya bisa digunakan oleh file xls yang bersangkutan. Untuk bisa digunakan di file xls yang lain, module ini harus diekspor terlebih dahulu.

1. Mengekspor module

  • Klik Kanan Module1 di bagian Project Explorer, pilih Export File…fungsi-khusus_6808_image017
  • Simpan dengan nama apa saja, ekstensi .bas.fungsi-khusus_6808_image018

2. Mengimpor module di file lain.

  • Buka file lain, atau buat file xls baru (Book1).
  • Buka Visual Basic Editor (Alt + F11)
  • Sorot Project Explorer (sebelah kiri), klik kanan nama file -> Import File…fungsi-khusus_6808_image021
  • Buka file .bas yang sudah diekspor sebelumnyafungsi-khusus_6808_image022
  • Dalam sekejap, spreadsheet anda sudah berisi kumpulan fungsi-fungsi khusus buatan anda.fungsi-khusus_6808_image024

Selamat mencoba.

Semoga bermanfaat.


Dasar-Dasar Beton (2) Karakteristik Beton

book1_29127_image002Ada empat karakteristik utama dari beton, yaitu :
Workability, Cohesiveness, Strength, dan Durability.

Beton memiliki tiga kondisi tahapan bentuk, yaitu :
Plastic, Setting, dan Hardening.

TAHAPAN KONDISI BETON

balok_295_image002

Tahap Plastis. Ketika bahan-bahan beton pertama kali dicampurkan, bentuknya menyerupai sebuah “adonan”. Lunak, encer, sehingga dapat dituang dan dibentuk menjadi bermacam-macam bentuk. Tahapan ini dinamakan kondisi plastis. Beton harus dalam kondisi plastis pada saat penuangan (pengecoran) dan pemadatan (kompaksi).

Karakteristik yang paling penting di kondisi plastis ini adalah workability dancohesiveness.

Kaki kita akan tenggelam jika mencoba berdiri di atas beton yang masih dalam kondisi plastis.

balok_295_image004


Tahap Setting. Selanjutnya, beton akan mulai mengeras dan kaku. Ketika beton tidak lagi lunak, dan mulai mengeras, kondisinya dinamakan setting. Setting terjadi setelah kompaksi (pemadatan) dan pemolesan akhir (finishing). Beton yang basah seperti becek akan lebih mudah ditempatkan tetapi lebih sulit untuk dilakukan finishing.

Jika kita menginjakkan kaki di atas beton yang sedang setting, kaki kita tidak akan tenggelam, tetapi jejak kaki kita akan muncul di permukaan beton tersebut.

balok_295_image006

Tahap Pengerasan (hardening). Setelah melalui tahap setting, beton mulai mengeras dan mencapai kekuatannya. Karakteristik yang ada pada tahap ini adalah kekuatan dan durabilitas (daya tahan).

Kaki kita tidak akan meninggalkan jejak jika diinjakkan di atas beton yang sudah mengeras.

balok_295_image008

WORKABILITY

Workability adalah kemampuan untuk dilaksanakan atau dikerjakan, yang meliputi bagaimana beton itu mudah untuk dibawa dan ditempatkan di mana-mana, mudah dikerjakan, mudah dipadatkan, dan mudah untuk dilakukan finishing.

Beton yang cenderung “kering” alias kekurangan air tentu saja agak susah dibentuk, susah dipindahkan, bahkan nantinya susah difinishing. Kalo tidak dibangun dengan benar, beton tersebut tidak akan kuat dan tahan lama.

Workability beton dapat diuji dengan melakukan slump test. Pengujian ini akan dibahas di bagian ke-3.

Apa saja yang mempengaruhi workability?

  1. Jumlah semen pasta (adukan semen). Semen pasta adalah campuran semen dan air. Semakin banyak pasta semen yang dicampur dengan aggregat kasar dan halus, maka semakin besar workabilitynya.
  2. Tingkat gradasi aggregat. Well-graded (tergradasi dengan baik), permukaan halus, dan bentuk cenderung bulat cenderung meningkatkan workability dari campuran beton.

Untuk meningkatkan workability, dapat dilakukan dengan

  • Menambah pasta semen (air + semen)
  • Menggunakan well-graded aggregat
  • Menggunakan admixture

Warning!!
Sebaiknya hindari peningkatan workability dengan menambahkan air saja, sebab dapat menurangi kekuatan dan daya tahan beton.

balok_295_image0101

KEKUATAN DAN DAYA TAHAN.

Beton yang baik terbuat dari material yang kuat dan tahan lama secara alami. Maksudnya, jika material pembentuk beton sudah kuat dan tahan, bisa dijamin beton yang dihasilkan juga lebih kuat. Ciri-cirinya beton yang kuat dan memiliki daya tahan yang tinggi adalah: padat, kedap air (tidak berpori), tahan terhadap perubahan suhu, dan tahan terhadap keausan dan pelapukan.

Kekuatan dan daya tahan saling berhubungan. Semakin tinggi kekuatan (mutu) beton, semakin tinggi pula daya tahannya.

Beton yang baik sangat penting untuk melindungi besi tulangan yang ada di dalam inti beton. Kekuatan beton biasanya diukur dengan Uji Kekuatan Beton. Tentang pengujian ini juga akan dibahas di bagian ke-3.

balok_295_image012

Kekuatan dan daya tahan sangat ditentukan oleh:

  1. Pemadatan. Pemadatan ini betujuan untuk menghilangkan udara yang ada di dalam beton. Tentu saja pemadatan ini dilakukan ketika beton masih cair.
  2. Pemeliharaan (Curing). Curing adalah “membasahi” beton yang sudah setting (keras) untuk beberapa waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengurangi penguapan air yang berlebihan, sehingga air yang ada di dalam campuran beton dapat bereaksi secara optimal. Semakin lama proses curing, semakin tinggi daya tahan beton yang dihasilkan.
  3. Cuaca. Cuaca yang agak hangat dapat membuat beton mencapai kekuatan yang tinggi dalam waktu yang tidak lama.
  4. Tipe Semen. Tipe semen yang berbeda juga berpengaruh terhadap kekuatan dan daya tahan beton.
  5. Rasio air terhadap semen, biasa disebut w/c ratio. Kebanyakan air atau kekuarangan semen dapat mengakibatkan beton menjadi tidak kuat dan tentu saja tidak tahan lama. W/C ratio adalah perbandingan BERAT air terhadap BERAT semen. Karena berat 1 liter air sama dengan 1 kg, maka orang lebih banyak menggunakan perbandingan VOLUME air (dalam liter) terhadap BERAT semen (dalam kg).
balok_295_image014

Bersambung..
Semoga bermanfaat

Desain Balok Beton Sesuai SNI 03-2847-2002 ( bag 1)

10 - penampang balok beton

balok beton

Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser. Mendesain balok beton itu gampang-gampang susah. Lebih banyak gampangnya daripada susahnya. Atau… lebih banyak digampangkan dari pada dipersulit. :)

Untuk mendesain balok beton bertulang kami pikir nggak perlu lah pake software-software canggih dan mutakhir jaman sekarang. Cukup dengan selembar kertas dan alat tulis plus alat hitung, kita sudah bisa mendesain balok beton yang kokoh dan stabil. Sebagai catatan, kalo bisa alat hitungnya berupa kalkulator saja.. nggak usah pake sempoa..

Modal awal, hitung gaya dalam
Nah, juragan pikir bukan di sini tempatnya membahas cara memperoleh gaya dalam. Gaya dalam bisa dihitung manual untuk balok sederhana, dan bisa juga menggunakan bantuan software. Juragan sarankan sih gunakan software ringan khusus balok, sepertiAtlas, Beamboy, dll. Tapi kalo sudah mahir menggunakan software yang lebih kompleks hanya untuk memodelkan sebuah balok, itu sah-sah saja.. Itu urusan selera. Kalo ditanya, juragan sendiri sering pake software apa? Wah, kalo juragan sih pake software bikinan kompeni (company), ada lisensi dan tidak untuk umum… mohon maaf. Kalo ketahuan bisa dikasih api (get fired) nanti. Ah.. kepanjangan intronya..

Bahan Yang Diperlukan

  • Momen lentur ultimate M_u dan gaya geser ultimate V_u
  • Parameter material : f'_c , f_y .

Prosedur

  1. Hitung \beta_1 , sesuai SNI-Beton, pasal 10.2.7.3. \beta_1 adalah rasio tinggi blok tegangan tekan ekivalen a terhadap tinggi tegangan tekan aktual c .Persamaannya sebagai berikut :
    58 \text{ MPa} \end{array} " title="\beta_1 = \Bigg\{ \begin{array}{ll} 0.85 & \qquad \text{untuk }f'_c \le 30 \text{ MPa} \\ 0.85-0.05 \big(\dfrac{f'_c - 30}{7}\big) & \qquad \text{untuk } 30 <> 58 \text{ MPa} \end{array} " class="latex" style="padding-top: 3px; padding-right: 3px; padding-bottom: 3px; padding-left: 3px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-top-style: solid; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-top-color: rgb(56, 56, 56); border-right-color: rgb(56, 56, 56); border-bottom-color: rgb(56, 56, 56); border-left-color: rgb(56, 56, 56); vertical-align: middle; border-style: initial; border-color: initial; ">

    10 - diagram tegangan balok

    diagram tegangan balok beton

  2. Tentukan ukuran penampang. Ini pake metoda trial-error. Sebenarnya SNI Beton sudah ngasih petunjuk tentang ukuran balok. Di pasal 9.5 ada tabel tinggi minimum balok terhadap panjang bentang.H_{min} = \Bigg\{ \begin{array}{ll} l/16 & \qquad \text{untuk balok sederhana (satu tumpuan)} \\ l/18.5 & \qquad \text{untuk balok menerus bentang ujung} \\ l/21 & \qquad \text{untuk balok menerus bentang tengah} \\ l/8 & \qquad \text{untuk balok kantilever} \end{array}
    Jika H_{min} telah diketahui, kita dapat memperkirakan tinggi balok yang akan didesain, biasanya dengan menambahkan 100 sampai 200 mm dari H_{min} . Sementara lebar balok b , normalnya dapat diambil sekitar0.4 - 0.6 H_{min} .
  3. Setelah itu tentukan nilai d , yaitu d = H_{min} - \text{tebal selimut beton} . SNI juga sudah mengatur tebal selimut beton minimum (pasal 7.7). Tujuan dari selimut beton adalah melindungi tulangan dari “serangan” korosi akibat uap air yang dapat masuk melalui celah-celah beton yang retak. Untuk daerah ekstrim, misalnya daerah dekat laut yang kadar garam uap airnya tinggi, tebal selimut beton harus ditambah.
  4. Hitung j_d , dengan persamaan :
    j_d \approx 0.875 \cdot d
    j_d adalah jarak antara resultan gaya tarik T pada tulangan tarik dengan resultan gaya tekan C pada beton. Seharusnya, j_d = d-(a/2) , tapi kita belum bisa menghitung nilai a , sehingga untuk perkiraan awal j_d , dianggap kira-kira sama dengan 0.875d . Nilai j_d ini nanti akan dikoreksi jika a telah diketahui.
  5. Berikutnya, hitung luas tulangan perlu:
    A_s = \dfrac{M_u}{\phi f_y j_d} ,
    dan juga luas tulangan minimum yang disyaratkan oleh SNI-Beton:
    A_{s-min} = \dfrac{1.4}{f_y}bd
    Jangan lupa konsistensi penggunaan unit/satuan. Nilai \phi untuk kuat lentur balok adalah 0.8.
  6. Tentukan diameter dan jumlah tulangan yang memenuhi kedua kondisi di atas (no #5). Dan.. hitung A_s yang baru. Misalnya, tulangan 4D16, A_s \quad = 4 \cdot (\dfrac{\pi \cdot 16^2}{4}) \quad = 804.25 mm^2
  7. Jika ternyata tulangan yang dibutuhkan lebih dari satu lapis, perlu dikoreksi nilai d yang baru. Jika tulangannya lebih dari satu lapis, posisi resultan gaya tariknya akan berubah.

    10 - tulangan dua lapis

    tulangan dua lapis

  8. Hitung nilai a :
    a \quad = \dfrac{A_sf_y}{0.85f'_c b}
    Catatan : 0.85 pada persamaan di atas bukan nilai \phi , juga bukan \beta_1 . 0.85 itu adalah mmm.. reduksi kuat tekan beton aktual terhadap kuat tekan beton silinder. Jadi, jika dikatakan beton mutu tekan f’c 30 MPa, maka beton itu akan mulai hancur pada tekanan 0.85×30 = 25.5 MPa. Angka 0.85f'_c juga digunakan pada perhitungan desain kolom beton (terhadap beban aksial tekan).
  9. Cek nilai j_d yang baru, dan cek juga A_s sesuai j_d baru tersebut.
    j_d = d - (a/2) \\ A_s = \dfrac{M_u}{\phi f_y j_d}
    Jika tulangan yang kita pilih sebelumnya sudah memenuhi A_s yang baru, berarti tulangannya cukup.
  10. Hitung rasio tulangan \rho dan rasio tulangan kondisi balance \rho_b :
    \rho \quad = \dfrac{A_{s-terpasang}}{bd} \\ \rho_b \quad = \dfrac{0.85f'_c \beta_1}{f_y} \Bigg( \dfrac{600}{600+f_y} \Bigg)
    SNI membatasi tulangan maksimum \rho_{max} \le 0.75 \rho_b . Namun, dalam pelaksanaannya biasanya diambil sekitar 0.4 - 0.5 \rho_b . Hal ini biasanya menyangkut masalah segi ekonomis dan kepraktisan pelaksaaan di lapangan.
  11. \rho_b adalah rasio luas tulangan tarik terhadap luas penampang beton di mana batas keruntuhannya adalah beton hancur pada saat tulangan mulai leleh (mencapai f_y ). Gampangnya gini, pada saat memikul momen lentur, ada bagian beton yang mengalami tekan, sementara tegangan tarik dipikul oleh tulangan baja, sehingga ada tiga skenario keruntuhan yang bisa terjadi :
    1) beton hancur, tulangan belum leleh,
    2) beton hancur bersamaan dengan tulangan mulai leleh,
    3) tulangan leleh (dan mungkin putus) sebelum beton hancur.
    Kondisi 1) disebut over-reinforced (kebanyakan tulangan), kondisi 2) adalah kondisi seimbang, dan kondisi 3) adalah under-reinforced (kekurangan tulangan).
  12. Terakhir, cek lagi kekuatan lentur penampang berdasarkan dimensi dan tulangan yang sudah diperoleh.
    \phi M_n = 0.8 \cdot f_y \cdot A_s \cdot j_d

Untuk sementara itu saja dulu yang bisa juragan tulis di bagian pertama ini. Berikutnya akan dibahas desain terhadap geser, juga kontrol lendutan balok, hitung-hitungan balok T, balok retak, dll.